People to People Contact Diperlukan untuk Meredam Islamophobia

Safira Nadwa A.
Pasca peristiwa 9/11, kondisi keamanan dunia berubah yakni meningkatnya sentimen Islamophobia di kalangan masyarakat Barat. Berakhirnya Perang Dingin yang dimenangkan oleh pihak Barat, Amerika mencoba untuk mencari musuh baru setelah keruntuhan pengaruh Komunisme Soviet di dunia. Runtuhnya Komunisme Soviet dianggap sebagai sebuah ‘kekosongan’ ancaman bagi Amerika Serikat, sedangkan agama Islam yang memiliki nilai-nilai fundamental tersendiri terpaksa untuk menggantikan posisi ‘kekosongan’ tersebut menjadi sebuah ancaman baru.
           Hal di atas sesuai dengan asumsi Samuel Huntington dalam karyanya Clash of Civilization di mana ia percaya bahwa sebuah peradaban dapat menjadi ancaman baru bagi kedaulatan sebuah negara. Islam sebagai sebuah agama merupakan salah satu representasi dari sebuah peradaban. Kediktatoran sistem yang dianut oleh berbagai negara yang mayoritas berpenduduk Islam di wilayah Timur Tengah menjadikan mereka sebagai lawan baru bagi Demokrasi Barat.
            Namun, intervensi Demokrasi Barat yang dipaksakan dalam nilai-nilai fundamental Islam di berbagai negara di Timur Tengah memunculkan kondisi beberapa gerakan radikal dari penganut Islam yang sangat fundamentalis. Kondisi ini yang selanjutnya menciptakan konsep War on Terror yang diajukan oleh negara Barat. Disamping itu ternyata konsep War on Terror tersebut menghasilkan sentimen tersendiri yang dialami oleh masyarakat dunia yakni Islamophobia.
            Islamophobia ini menjadi sebuah tantangan bagi kaum Muslim, sehingga diperlukan usaha dalam mengatasi akibat dari sentimen tersebut di seluruh dunia untuk menghindari munculnya korban yang berlebihan. Sebenarnya sudah ada beberapa usaha, salah satunya yakni dibentuknya Dialog of Civilizations di mana segala umat beragama di dunia saling sharing idea dengan berdiskusi dan saling memahami peradaban satu sama lain agar terciptanya kondisi dunia yang lebih kondusif tanpa adanya kekerasan antar-agama seperti akibat dari Islamophobia.
            Akan tetapi, Dialog of Civilizations ini dinilai belum begitu efektif dalam mengatasi permasalahan Islamophobia. Padahal dialog ini sudah banyak diselenggarakan di berbagai forum formal dan bahkan forum informal. Dari lembaga Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) juga telah menciptakan United Nations Alliance of Civilizations (UNAOC) sebagai sarana untuk menjalankan dan mengimplementasikan Dialog of Civilizations. Namun, implementasi dari Dialog of Civilizations sampai saat ini belum sepenuhnya dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Sentimen Islamophobia justru saat ini tidak semakin memudar melainkan semakin menjadi-jadi.
            Sebenarnya, ada sebuah alternatif lain untuk mengatasi sentimen Islamophobia. Adapun People to People Contact diharapkan dapat memberikan pengaruh lebih untuk membagi ide dan pemahaman atas perbedaan yang dianut oleh setiap individu masing-masing. People to People Contact ialah interaksi antar-warga dari dua negara ataupun di berbagai negara tanpa peran atau campur tangan pemerintah yang mana interaksi dan pemahaman mereka akan membentuk ide-ide, pikiran dan tanggapan dalam memperbaiki hubungan.
            Konsep People to People Contact ini, menurut saya jauh lebih efektif daripada Dialog of Civilizations. Mengapa? Hal ini dikarenakan People to People Contact menggunakan pendekatan yang lebih baik yakni menciptakan persahabatan antar kedua warga negara sehingga tidak menimbulkan sentimen Islamophobia dari ide-ide, pikiran dan tanggapan yang mereka hasilkan. Namun, pergerakan dari People to People Contact ini dirasa masih cukup pasif karena tidak semua orang memiliki concern yang sama dalam membangun ide-ide.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

A Lil’ Story of Internship

Mekanisme Praktek Kerja Lapangan di Ditkersin Kementrian Pertahanan Republik Indonesia untuk Mahasiswa Hubungan Internasional

Dampak ADMM 2023 bagi Pertahanan Indonesia